Tidak ada istilah terlambat untuk menuntut ilmu dan berkarya bagi Annisa Anindita Zein, founder sekaligus Kepala Penggerak Komunitas Lab Belajar Ibu (LBI). Perempuan yang akrab disapa Dita itu tak hanya menginspirasi ibu-ibu rumah tangga untuk terus belajar dan berkarya tetapi juga menjadi panutan dalam mengelola keuangan pribadi dan keluarga.
Dita merupakan merupakan penyandang gelar ganda, yakni ibu beranak satu sekaligus Master Social Engineering dari Tokyo Institute of Technology. Selepas memperoleh kedua gelar bergengsi tersebut, Dita dihadapkan pada tantangan yang luar biasa untuk menjaga keseimbangan antara mengurus rumah tangga dan memastikan ilmu pengetahuan yang didapatnya bermanfaat bagi banyak orang. Dilematis yang ternyata juga banyak dirasakan banyak perempuan atau ibu-ibu rumah tangga di Indonesia.
Keresahan itulah yang kemudian menginisiasi Dita dan sejumlah kawan alumni LPDP lain mendirikan Lab Belajar Ibu (LBI) pada 2021. LBI merupakan komunitas nirlaba yang menjadi wadah bagi para ibu yang masih ingin terus belajar dan berkontribusi nyata bagi lingkungan dan sesama. Saat ini sudah hampir 500 anggota LBI yang aktif berdiskusi dan menyuarakan akan pentingnya wanita berdaya dan berkarya.
Dita juga sempat memberanikan diri untuk memulai usaha sendiri. Berbekal pengetahuan yang kuat tentang Jepang, bisnis hijab yang ia rintis berhasil menembus pasar Jepang. Namun, kesibukannya yang luar biasa mengurus LBI dan keluarga membuat Dita harus mengalahkan sementara bisnis hijabnya.
Untuk urusan finansial, Dita menggunakan Jago Syariah untuk membantunya mengelola keuangan organisasi maupun keluarga. Jago Syariah dipilih sebagai bentuk komitmennya sebagai seorang muslimah untuk menghindari riba.
“Jago Syariah merupakan bank syariah pertama saya. Sebelumnya saya gunakan bank konvensional untuk kebutuhan transaksi usaha,” ujar Dita.
Dita mengaku seluruh transaksi komunitas dipercayakan melalui Kantong Bersama Jago Syariah. Fitur ini memungkinkan para pengurus komunitas berkolaborasi di dalam satu Kantong. Di Kantong Bersama, semua dapat lebih transparan dan dapat berpartisipasi mengawasi aktivitas di dalam Kantong, termasuk menambahkan uang ke dalam Kantong.
“Saya sangat terbantu banget dengan fungsi kantong-kantong Jago karena pengelolaan keuangan menjadi lebih jelas,” jelas Dita.
Dita banyak memegang dana bantuan kemanusiaan untuk komunitas lulusan universitas di Jepang dan Kantong Bersama Jago Syariah sangat membantu ia dan anggota bisa tracking secara terbuka. Tidak hanya dana komunitas, Dita pun menggunakan Kantong Bersama untuk kebutuhan keluarga, terutama pengeluaran dirinya, dan suami. Fitur Kantong lainnya pun dia gunakan untuk pengaturan keuangan.
“Dulu saya buat pencatatan keuangan menggunakan tabel. Ini menghabiskan waktu dan susah. Sekarang pengaturan keuangan cukup pakai Jago Syariah. Tiap kebutuhan, saya alokasikan di kantong masing-masing dan riwayat transaksi seluruhnya tercatat. Selain itu, dengan fitur Analisa Pengeluaran, saya bisa memonitor keuangan dan mengetahui keuangan bocornya dimana,” ujarnya.